TNI Siaga Tempur di Papua Pasca Kekalahan Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna di Kabupaten Nduga

tni_status_siaga_tempur_di_papua
Panglima Tentara Nasional Indonesia Yudo Margono

Mimika | Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan status operasi militer di Papua ditingkatkan menjadi siaga tempur.

Status operasi militer yang ditingkatkan ke siaga tempur ini dilakukan setelah terjadinya serangan Tentara Papua Merdeka (TPM) yang menewaskan seorang prajurit TNI.

“Dengan kondisi ini, khususnya di wilayah tertentu, kita ubah menjadi operasi siaga tempur,” kata Yudo dalam seperti yang kami kutip dari rekaman konferensi pers di Timika, Papua, Selasa, 18 April 2023.

Penerapan status ini, kata Yudo, mirip seperti yang dilakukan TNI di wilayah Natuna. Apabila di Natuna diterapkan oeprasi siaga tempur laut, maka di Papua dilakukan siaga tempur darat.

Yudo menegaskan status siaga tempur hanya berlaku di sejumlah tempat dengan tingkat kerawanan tinggi. Peningkatan status ini, kata dia, dilakukan agar membangun naluri bertempur prajurit.

Menurut Yudo, selama ini TNI menerapkan soft approach atau pendekatan lunak dalam menghadapi TPM serta dalam upaya pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Marthens.

Soft approach, tutur Yudo, dilakukan dengan mekanisme komunikasi sosial dan operasi teritorial. Akan tetapi, pendekatan itu menurutnya tidak efektif dalam menanggulangi peningkatan pergerakan TPM yang terjadi di sejumlah tempat di Papua.

Yudo menegaskan peristiwa penyerangan Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna di Distrik Mugi-Mam, Nduga, Papua pada 15 April 2023 menjadi alasan status operasi militer ditingkatkan.

Serangan itu menyebabkan 1 prajurit tewas dan 4 lainnya mengalami luka tembak. Awalnya, kata Yudo, satgas tersebut melakukan patroli karena mendengar kabar tentang keberadaan Philip.

Satgas kemudian berangkat dengan harapan bisa bernegosiasi dengan TPM untuk pembebasan pilot asal Selandia Baru itu. Akan tetapi, menurut Yudo, pasukan itu justru ditembaki. “Belum sampai di lokasi justru dihadang dan diserang,” ujar Yudo.

Peningkatan status ini, kata Yudo, tidak akan mengubah banyak strategi atau pendekatan yang dilakukan TNI di Papua. Pendekatan lunak akan tetap dilaksanakan, sementara penetapan status siaga tempur, kata dia, hanya dilakukan agar para prajurit lebih bersiap siaga.

TNI, kata Yudo, juga tidak berencana menambah jumlah prajurit yang ditugaskan di Papua. “Tidak ada penambahan pasukan, pasukan yang ada adalah pasukan rotasi yang menggantikan pasukan yang telah ditugaskan sebelumnya,” terang dia. | Rian

Posting Komentar

0 Komentar